Reporter: Rizki Nur Diansyah
blokBojonegoro.com - Wakil Bupati (Wabup) Bojonegoro Nurul Azizah turun tangan terhadap kericuhan gelaran Olimpiade Matematika tingkat SD/MI di Gedung Serbaguna Bojonegoro yang digelar Saryta Management.
Usai kericuhan di Gedung Serbaguna sedikit mereda, Wabup Nurul langsung menggelar pertemuan terbatas dengan Pemilik Saryta Management selaku penyelenggara di Polsek Kota Bojonegoro.
Wabup Nurul mengungkapkan, pertemuan digelar atas instruksi langsung Bupati Bojonegoro setelah muncul banyak aduan dari orang tua peserta. Ribuan peserta yang telah membayar biaya pendaftaran senilai Rp55 ribu diketahui belum dapat mengikuti olimpiade sebagaimana dijadwalkan.
“Karena ada aduan masyarakat, apalagi banyak yang sudah membayar namun belum bisa mengikuti olimpiade, maka harus ada solusi cepat. Ini tanggung jawab kepada masyarakat yang dirugikan,” ungkap Wabup Nurul.
Wabup Nurul menyatakan jika peristiwa kericuhan tersebut, sepenuhnya kesalahan penyelenggara. Disisi lain, gelaran Olimpiade yang diikuti ribuan peserta ini, juga tak mengurus perizinan maupun koordinasi dengan Dinas Pendidikan (Disdik) dan Kementerian Agama (Kemenag) Bojonegoro.
“Alasan apapun, penyelenggara tetap salah. Mereka tidak koordinasi dengan Disdik dan Kemenag yang mempunyai fungsi di dalam pendidikan tingkat SD maupun MI,” tegas Wabup.
Dari pendataan awal, masih ada lebih dari 1.300 peserta yang belum mendapatkan haknya untuk mengikuti olimpiade. Karena itu, Pemkab akan memanggil seluruh pihak terkait pada Selasa (9/12/2025) mendatang untuk memastikan penyelesaian masalah, termasuk opsi pengembalian dana peserta.
“Tanggung jawab penyelenggara harus jelas. Karena peserta sudah membayar Rp55 ribu, dan haknya belum terpenuhi, maka uang harus dikembalikan atau ada opsi lain yang disepakati,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, gelaran Olimpiade Matematika tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang diselenggarakan di Gedung Serbaguna, Kelurahan Ledok Wetan, Kecamatan Bojonegoro berakhir ricuh, Minggu (7/12/2025) siang.
Kericuhan bermula dipicu kepanikan peserta yang keluar secara bersamaan untuk mencari orang tua mereka, sementara akses gedung hanya dibuka melalui satu pintu utama. Sedangkan, tidak ada panitia yang mengatur lalu lalang kekacauan.
Peristiwa tersebut terjadi setelah sesi peserta kelas 1 dan 2 selesai. Anak-anak berhamburan keluar secara bersamaan, sementara para orangtua menunggu di luar dalam kondisi padat. Situasi semakin tak terkendali saat orangtua dan anak tak saling menemukan di tengah lautan manusia. [riz/mad]
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published