Reporter: Rizki Nur Diansyah
blokBojonegoro.com - Gelaran Olimpiade Matematika tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang diikuti ribuan peserta di Gedung Serbaguna, Kelurahan Ledok Wetan, Kecamatan Bojonegoro berakhir ricuh, Minggu (7/12/2025) siang.
Kericuhan bermula dipicu kepanikan peserta yang keluar secara bersamaan untuk mencari orangtua mereka, sementara akses gedung hanya dibuka melalui satu pintu utama. Sedangkan, tidak ada panitia yang mengatur lalu lalang kekacauan.
Peristiwa tersebut terjadi setelah sesi peserta kelas 1 dan 2 selesai. Anak-anak berhamburan keluar secara bersamaan, sementara para orangtua menunggu di luar dalam kondisi padat. Situasi semakin tak terkendali saat orangtua dan anak tak saling menemukan di tengah lautan manusia.
Salah satu wali murid yang turut hadir, Nafidatul Hima mengungkapkan, dirinya heran dengan jumlah peserta yang membludak sejak pagi. Sebab, ribuan peserta ini diluar pemikirannya.
”Bayangan aku ya gak sebanyak ini. Informasi yang diterima yang lolos grand final dibagi 3 sesi sesuai tingkat kelas. Anak saya ikut olimpiade ini, selesai sekitar jam 8-nan, tapi aneh dan janggal dengan jumlah peserta banyak ewon (ribuan), kok sekitar 30 menit-an sudah diumumkan pemenangnya,” ungkapnya.
Hima menyebut kondisi semakin kacau, ketika peserta keluar dari dalam gedung melalui akses yang terbatas.
“Peserta dari berbagai sekolah, jumlahnya ribuan. Mestinya dibagi per kecamatan atau lainnya yang mudah dijangkau orangtuanya. Dibuka beberapa pintu dan jendela pada awalnya, akhirnya pyurrrrr metu (keluar) bareng panik. Anakku endi (mana) ada yangloncat lewat jendela, orangtua dan anak pada cari-carian menangis bingung,” ujarnya.
Tak hanya itu, Hima mengaku kesal karena panitia dinilai tidak sigap saat situasi mulai tak terkendali.
”Mestinya ada speaker digunakan untuk melakukan tindakan pencegahan kejadian tersebut. Ada bapak -bapak marah marah ke panitia hingga dipisuhi (diumpat),” tambahnya.
Sementara, Ketua Penyelenggara sekaligus Pemilii Saryta Management, Ita Puspitasari mengatakan, kericuhan bermula dari protes dua orang tua peserta yang tidak menerima hasil penilaian.
"Mereka merangsek masuk, diikuti ratusan orang tua lain," ujar Ita.
Akibat kegaduhan tersebut, panitia menghentikan lomba untuk level 2 dan 3. Pihaknya juga berencana mengembalikan biaya peserta, sambil menunggu koordinasi dengan sekolah. Ia menyebut, peserta yang terdaftar melalui lembaga rekanan sebenarnya berjumlah 2.000 orang.
"Awalnya kami laporkan 1.000 peserta sesuai izin, tapi sehari sebelum pelaksanaan bertambah menjadi 2.000,” tuturnya.
Terpisah, Kapolsek Kota Bojonegoro, AKP Agus Elfauzi mengungkapkan bahwa, pihak kepolisian telah menerima pemberitahuan kegiatan, namun realisasi di lapangan tidak sesuai dengan hasil koordinasi. Sehingga pihaknya menghentikan sesi selanjutnya, usai kericuhan terjadi.
”Informasi yang disampaikan ke Polsek hanya berjumlah seribu lima ratus, dan dibagi 3 sesi. Ternyata dilapangan tidak sesuai. Saat ini masih diperiksa. Tunggu hasilnya kita sedang mintai keterangan,” tegasnya.
Hingga saat ini, penyelenggara masih menjalani pemeriksaan di Polsek Bojonegero Kota untuk dimintai keterangan terkait dugaan pelanggaran kesepakatan izin kegiatan. [riz/mad]
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published