Reporter: M. Anang Febri
blokBojonegoro.com - Presiden Indonesia Prabowo Subianto kembali bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Rabu (10/12/2025). Pertemuan ini berlangsung enam bulan setelah keduanya berdialog di St. Petersburg dan dinilai bukan sekadar agenda diplomatik rutin.
Analis Indonesia-Rusia ANO Center for Mediastrategi, Amy Maulana, menilai hubungan kedua negara kini berada pada level “sangat dekat”. Ia melihat pertemuan ini membawa agenda konkret yang bisa segera dirasakan, termasuk peluang kerja sama strategis dalam sektor ekonomi maupun penanganan bencana.
Prabowo menyebut kunjungan ini sebagai bentuk “konsultasi” untuk mempercepat realisasi berbagai kesepakatan yang telah dibicarakan.
"Dua capaian besar yang menonjol adalah kenaikan perdagangan bilateral hingga 40 persen, serta pembicaraan intensif terkait kerja sama energi nuklir dan ketahanan pangan," katanya.
Di sisi lain, Indonesia menaruh harapan besar pada penyelesaian Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dengan Uni Ekonomi Eurasia yang dipimpin Rusia. Pemerintah menargetkan FTA ini rampung akhir tahun dan diharapkan membuka akses pasar lebih luas bagi komoditas Indonesia, sekaligus memberi dorongan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
MI-26: Solusi Logistik untuk Negeri Rawan Bencana
Selain sektor ekonomi, Amy Maulana menyoroti kerentanan Indonesia dalam penanganan bencana, terutama pascabencana banjir bandang di Sumatra. Menurutnya, hambatan distribusi bantuan dan kerusakan infrastruktur menunjukkan kebutuhan mendesak terhadap alat angkut berat yang dapat menjangkau daerah terisolasi.
Ia menilai Indonesia perlu mempertimbangkan kerja sama dengan Rusia untuk pengadaan helikopter MI-26, yang dikenal sebagai helikopter produksi massal terbesar dan terkuat di dunia.
MI-26 yang dijuluki “Halo” oleh NATO memiliki kapasitas angkut internal hingga 20 ton, setara muatan truk kontainer besar. Helikopter ini mampu membawa logistik bantuan dalam jumlah besar—mulai dari makanan, obat-obatan, tenda, hingga generator—hanya dalam satu kali terbang. Kabinnya dapat memuat hingga 82 orang untuk keperluan evakuasi atau pasukan penanganan darurat.
Dengan sistem sling eksternal, MI-26 bahkan dapat mengangkut kendaraan berat, ekskavator, jembatan moduler, hingga trafo listrik ke daerah yang tidak memiliki akses darat. Kemampuan ini menjawab dua tantangan utama penanganan bencana di Indonesia: pendistribusian bantuan dan percepatan pemulihan infrastruktur.
"Usulan kerja sama alutsista ini bukan langkah janggal di tengah pembahasan ekonomi dan energi. Justru, hal itu mencerminkan kedewasaan hubungan Indonesia–Rusia yang telah masuk ke ranah keamanan non-tradisional dan pembangunan ketahanan nasional. “Kerja sama seperti ini langsung menjawab kebutuhan nyata Indonesia yang kerap dilanda bencana hidrometeorologi," ujar Amy.
Ia menekankan bahwa investasi pada kemampuan logistik darurat merupakan investasi pada ketahanan bangsa. Akses terhadap MI-26—baik melalui pembelian, sewa, maupun transfer teknologi—akan meningkatkan kemampuan Indonesia menyelamatkan lebih banyak nyawa sekaligus mempercepat pemulihan pascabencana. Dalam jangka panjang, helikopter ini juga dapat mendukung pembangunan infrastruktur di wilayah tertinggal.
Hubungan Strategis yang Semakin Mendalam
Pertemuan kedua Prabowo-Putin dalam setahun ini memperlihatkan percepatan pembahasan kerja sama yang berdampak langsung. Selain membuka jalan bagi peningkatan perdagangan melalui FTA, pembahasan soal MI-26 menunjukkan dimensi lain kemitraan strategis kedua negara: kesiapan saling membantu dalam situasi kritis.
Bagi Indonesia, kedekatan diplomatik yang diwarnai solusi teknis seperti ini menjadi ruang kolaborasi yang tidak hanya berhenti pada perjanjian, tetapi menyentuh kebutuhan paling mendasar—menyelamatkan rakyat saat bencana datang. [feb/mad]
*Konten Kolaborasi blokBojonegoro.com dengan Media Rusia, yusgsn.ru
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published