Reporter: Muhammad
blokBojonegoro.com - Media sosial merupakan salah satu bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia modern. Dengan sadar dan leluasa, seseorang bisa mengunggah berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidupnya, mulai dari urusan pribadi, pekerjaan, keluarga, hingga hal-hal yang bersifat remeh temeh. Lalu muncul pertanyaan terkait unggahan di dunia maya yang menjurus pada pamer harta. Bagaimanakah hukum pamer kemewahan di media sosial?
Sejatinya pamer harta termasuk dalam kategori sombong. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang melarang manusia untuk melakukan pamer harta dan sombong. Pasalnya, perbuatan tersebut merupakan akhlak tercela yang tidak diisukai oleh Allah Swt. Allah berfirman:
وَلَا ØªÙØµÙŽØ¹Ù‘ÙØ±Ù’ خَدَّكَ Ù„Ùلنَّاس٠وَلَا تَمْش٠ÙÙÙ‰ الْاَرْض٠مَرَØÙ‹Ø§Û— اÙنَّ اللّٰهَ لَا ÙŠÙØÙØ¨Ù‘Ù ÙƒÙلَّ Ù…ÙØ®Ù’تَال٠ÙÙŽØ®ÙوْرÙÛš
“Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.” (QS. Luqman ayat 18)
Di sisi lain, terdapat hadis Rasulullah yang menjelaskan larangan berbuat sombong karena memakai pakaian yang bagus, indah dan mahal. Demikian penjelasan dari hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud dari Nabi Muhammad. Beliau bersabda:
لَا يَدْخÙل٠الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ ÙÙÙŠ قَلْبÙÙ‡Ù Ù…ÙØ«Ù’قَال٠ذَرَّة٠مÙنْ ÙƒÙØ¨Ù’ر٠قَالَ رَجÙÙ„ÙŒ Ø¥Ùنَّ الرَّجÙÙ„ÙŽ ÙŠÙØÙØ¨Ù‘٠أَنْ ÙŠÙŽÙƒÙونَ ثَوْبÙÙ‡Ù ØÙŽØ³ÙŽÙ†Ù‹Ø§ وَنَعْلÙÙ‡Ù ØÙŽØ³ÙŽÙ†ÙŽØ©Ù‹ قَالَ Ø¥Ùنَّ اللَّهَ جَمÙيلٌ ÙŠÙØÙØ¨Ù‘٠الْجَمَالَ Ø§Ù„Ù’ÙƒÙØ¨Ù’ر٠بَطَر٠الْØÙŽÙ‚ّ٠وَغَمْط٠النَّاسÙ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya: Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus? Beliau menjawab: Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”
Sombong Membatalkan Amal
Sementara itu, orang yang pamer harta, terlebih pamer amal, maka amalnya tidak akan diterima oleh Allah. Hal itu, sebagaimana dalam perkataan Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, dalam kitab Tuhfatul Habib ‘ala Syarhil Iqna’, juz I, halaman 198 berikut:
قوله : (من أمر دنيوي) أي غير الرياء أما هو ÙØ¥Ù†Ù‡ Ù…ØØ¨Ø· للثواب مطلقاً Ù„Ù„ØØ¯ÙŠØ« القدسي : (أنا أغنى الشركاء عن الشرك Ùمن عمل عملاً أشرك Ùيه غيري ÙØ£Ù†Ø§ منه بريء وهو للذي أشرك) . والمراد بالقصد الدنيوي مثل نية التبرد والتنظ٠ونØÙˆ ذلك
“Perkataan Syekh Khatib (Dari perkara duniawi) Maksudnya selain pamer. Adapun pamer maka dapat menghilangkan pahala secara mutlak, berdasarkan firman Allah dalam hadis Qudsi: ‘Aku tidak butuh untuk disekutukan. Barang siapa yang beramal dengan menyekutukan ku di dalamnya, maka aku terbebas darinya. Dia menjadi milik perkara yang ia jadikan sekutu’. Sedangkan yang dikehendaki dengan tujuan duniawi adalah niat menyegarkan, niat membersihkan badan dan lain sebagainya.”
Lebih jauh, Imam Nawawi dalam kitab Naṡaiḥul ‘Ibâd menjelaskan bahwa pamer harta dengan sikap sombong dapat membahayakan orang tersebut. Imam Nawawi mengatakan dari tiga perkara yang dapat menyebabkan manusia rusak, salah satunya ialah membanggakan diri sendiri dengan harta yang dimilikinya.
Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Abdurrahman bin Shakhr dan Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ثَلَاثٌ Ù…ÙنْجÙيَاتٌ ÙˆÙŽ ثَلَاثٌ Ù…ÙهْلÙكَاتٌ ÙˆÙŽ ثَلَاثٌ دَرَجَاتٌ ÙˆÙŽ ثَلَاثٌ ÙƒÙŽÙَارَةٌ أَمَّا المنْجÙيَات٠Ùَخَشْيَة٠الله٠تَعَالى ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ø³Ù‘ÙØ± ÙوَالعَلَانÙيَة٠وَالقَصْد٠ÙÙÙŠ الÙَقْر٠وَالغÙÙ†ÙŽÙ‰ وَالعَدْل٠ÙÙÙŠ Ø§Ù„Ø±Ù‘ÙØ¶ÙŽØ§ وَالغَضَب٠وأَمَّ المهلÙكَات٠ÙÙŽØ´ÙØÙ‘ÙŒ شَدÙيْدٌ ÙˆÙŽÙ‡ÙŽÙˆÙŽÙ‰ Ù…ÙØªÙŽØ¨Ù‘َعٌ ÙˆÙŽØ¥ÙØ¹Ù’جَاب٠المرْء٠بÙÙ†ÙŽÙْسÙه٠وَأَمَّا الدَّرَجَات٠ÙÙŽØ¥ÙÙÙ’Ø´ÙŽØ§Ø¡Ù Ø§Ù„Ø³Ù‘ÙŽÙ„ÙŽØ§Ù…Ù ÙˆÙŽØ¥ÙØ·Ù’Ø¹ÙŽØ§Ù…Ù Ø§Ù„Ø·Ù‘ÙŽØ¹ÙŽØ§Ù…Ù ÙˆÙŽØ§Ù„ØµÙŽÙ‘Ù„ÙŽØ§Ø©Ù Ø¨ÙØ§Ù„لَّيْل٠وَالنَّاس٠نÙيَامٌ وَأَمَّا ÙƒÙŽÙَارَة٠ÙÙŽØ¥ÙØ³Ù’Ø¨ÙŽØ§ØºÙ Ø§Ù„ÙˆÙØ¶Ùوء٠ÙÙÙŠ السَّبَرَات٠وَنَقْل٠الأَقْدَام٠إÙلىَ Ø§Ù„Ø¬ÙŽÙ…ÙŽØ§Ø¹ÙŽØ©Ù ÙˆÙŽØ§Ù†Ù’ØªÙØ¸ÙŽØ§Ø±Ù الصَّلَاة٠بَعْدَ الصَّلَاةÙ
“Tiga perkara yang dapat menyebabkan selamat, tiga perkara yang dapat menyebabkan kerusakan, tiga perkara yang dapat mengangkat derajat, dan tiga perkara yang dapat menebus dosa. Adapun tiga perkara yang menentukan keselamatan adalah: takut kepada Allah (taqwa), baik dalam keadaan sepi maupun ramai, penuh kesederhanaan, baik ketika dalam keadaan fakir maupun berkecukupan, dan bersikap adil baik pada waktu senang maupun saat marah.
Dan tiga perkara yang dapat menyebabkan rusak adalah: bakhil (pelit) yang berlebihan, mengikuti hawa nafsu, dan membanggakan diri sendiri.
Adapun tiga perkara yang dapat mengangkat derajat adalah: menguluk salam, memberi makanan, mengerjakan sholat malam saat orang lain terlelap. Dan tiga perkara sebagai penebus dosa adalah menyempurnakan wudhu ketika cuaca sangat dingin berangkat mengerjakan sholat berjamaah. (Syekh Nawawi, Nashaihul ‘Ibâd, halaman 51).
Demikian penjelasan terkait hukum pamer harta di media sosial. Pada akhirnya, orang yang pamer, akan melahirkan sifat sombong dan membanggakan diri sendiri. Wallahu a’lam. [mad]
*Dikutip dari laman resmi Kemenag dan diproduksi Tim Layanan Syariah, Ditjen Bimas Islam
0 Comments
LEAVE A REPLY
Your email address will not be published